ANDAIKAN SAJA

08.42



Harusnya ini semua tak pernah terjadi, 
seandainya saja aku bisa merubah keadaan. 
Merubah kejadian yang seharunya tak pernah terjadi 
5 tahun yang lalu.

Aku tak pernah menyangka ini akan terjadi. Setiap kenangan yang di lalui bersama kini tlah hilang. Lembaran-lembaran kisah yang telah tersusun kini hangus terbakar amarah. Semua ini berlalu begitu saja, masalah ini berawal saat aku menginjak bangku SMP. 
Saat masa-masa bahagiaku bersama mereka. Mereka yang menjadi kebanggaan saat aku memilikinya secara utuh.
Mamahku adalah seorang Ibu yang slalu memberikan hal-hal yang terbaik untukku dan adikku. Dan papahku, satu-satunya orang yang mau bekerja keras demi keluarga ini. Awalnya , semua berjalan dengan baik layaknya keluarga yang bahagia dalam naungan keindahan yang Tuhan berikan. 
Namun, 
Tuhan memberikan ombak dan tebing. 
Menjadikan keluarga ini terkikis ombak yang terhantam tebing. Aku tak pernah habis pikir ! bencana seperti ini akan menimpa keluarga kecil kami. 
Saat itu, mama berpamitan pada kami bertiga untuk pergi ke Jakarta. Awalnya, semua baik-baik saja. Tapi sepulang mama pulang dari Jakarta, mama berubah. Mama sering sekali tertawa via telepon. Aku kira, mama bercakap-cakap dengan papa. 
Tapi ternyata, semua itu salah. Papah mulai menaruh curiga pada setiap gerak gerik mama. 
Hubungan mama dan papa pun semakin renggang , tak terlihat lagi suasana hangat antara mereka. Mama semakin sibuk dengan telponnya da papa terus berkutat pada pekerjaannya. Dan akhirnya, bencana dahsyat pun datang.
Malam itu, papa pulang lebih cepat dari biasanya. Aku tak pernah melihat papa yang bermuka masam. Papa memasuki kamar dan menemukan mama yang bercakap-cakap dengan laki-laki di telpon. 
Papa marah sejadi-jadinya. Mama yang tak terima dengan perlakuan papa , memutuskan untuk bercerai dengan papa. Banyak sekali alasan mama semenjak kejadian itu untuk bererai dengan papa. Padahal, papa bilang tidak ingin bercerai. 
Aku yang saat itu masih kelas 8 SMP, dan adikku yang masih TK, jadi terabaikan oleh mereka. Tak lama, mama dan papa pun bercerai. Aku dan adikku tinggal dirumah tante mamah. Karena kondisi keluarga kami sedang tidak baik. Mama pergi dari Batam & aku kembali tinggal dengan papa. Awalnya, semua tampak membaik. 
Papa memberikan kami kasih sayang yang sangat cukup bagi kami. Tapi, tak lama dari itu, ombak kembali datang menerjang ke kehidupan kami. Mama kembali hadir untukku & adikku. Tapi, tidak dengan papa ku. 
Papa frustasi berat menerima kenyataan bahwa mama tlah menikah lagi. Aku rutin berkunjung kerumah papa karna kini, mama meminta aku & adikku untuk tinggal bersamanya. 
Namun, saat aku kembali berkunjung, papa tidak seperti biasanya.
‘’Pah? Papa mau kemana ?’’
‘’Papa mau pergi nak, jaga dirimu baik-baik & juga adikmu, jangan pernah melawan mama mu’’
Dan kata-kata itu yang terakhir ku dengar. Dan terakhir kalinya aku melihat beliau. 
5 Tahun tlah berlalu, dan aku tidak pernah tau dimana papa. Hubunganku dengan papa terputus. Aku tak pernah berjumpa lagi maupun berkomunikasi dengannya. Kini, hanya tinggal puing-puing yang tersisa dari hantaman ombak. Tangis ini, tak mampu untuk merubah keadaan yang terjad saat ini. 
Percuma !
 ini semua tak berguna !
 merutuki diri sendiri pun tetap seperti ini. Keluarga yang selalu aku banggakan kini hanyalah kenangan manis semata.
Andai saja, 
semua ini tak terjadi. Mungkin alur kisah kehidupanku tak seperti sekarang. Aku merindukan sosok papa yang aku cintai, begitu sakit ketika mengetahui semua ini terjadi padaku, dengan sangat cepat.
Tuhan..
andai saja Kau berikan kesempatan untukku memperbaiki semua ini. Tentu keluarga ini akan kembali bersama. Cobaan ini terlalu sulit untukku. Aku tak mampu bila seperti ini. 

Andai saja papa tak pergi meninggalkan kami.
andai saja mama tak menikah lagi... 
andai saja aku bisa memutar waktu... 
andaikan saja puing-puing ini kembali menyatu.




Terinspirasi oleh : Yossi Pratiwi

( Batam, 22 Februari 1997 )






ciamis, 00-00-14
atasnama,


vyah-chann






You Might Also Like

2 komentar